2 Juni 2016

Zammiluny

Ku terjaga dan kali ini ku muak.
Di luar hujan menyerbu keheningan, rintiknya mengalir di dingin tubuhku.
Hingga, gigil keparat ini pun tak mampu kutanggulangi.
Bagaimana resah bisa retak dalam sesaat?

Hujan? Jangan-jangan kau yang salah.
Kau benar-benar tak paham dengan suara yang terlipat.
Terlipat dalam derasmu.
Tak ada yang mendengar, tak ada yang peduli.
Teriak pun belum tentu berguna.

Atau mungkin selimut lain.
Ya, selimut yang terbuat dari seribu satu beledu.
Bukan sarung tua lusuh yang kau tenteng kemana-mana.
Biar getir redam, biar dingin terselubungi.

Atau, atau, atau.
Ah, Apa guna kau membatin.
Jika salah bukan milik hujan dan selimut. 
Kau hanya butuh pelenyap. Pelenyap segala cemas.

Zammiluny, Zammiluny! Muhammad menyeru pada Khadijah.


Yogyakarta, 31 Mei 2016

Related Articles